07 April 2008

JOD 2, Melelahkan, Merepotkan, Mengosongkan Dompet

Hari Minggu, 6 April 2008. Adalah hari di mana aku sudah mulai sangat kapok manggung di Surabaya lagi. Hari di mana aku manggung di acara Japan Overdrive, (yang katanya) adalah event jepang-jepangan terbesar di Surabaya. Tapi apa yang kudapat? Hanya penyesalan semata.

Sedikit flashback, pertama dulu aku bareng Akatsuki manggung di Surabaya di Golden City Mall lantai 3 (kalo nggak salah) yang sekarang jadi IT Center. Waduh, kacau banget penampilan bandku waktu itu. Aku lagi malas bawa gitar sendiri. Eh, di sana gitarnya jelek banget. Udah gitu efeknya biasa lagi. Waduh waduh, yang lebih parah nih, sound-nya nggak masuk ke mixer. Padahal di situ aku lihat ada mixer. Jadinya waktu suara alat musiknya terlalu keras suara vokalisnya nggak kedengeran deh. Untungnya transportasinya enak banget, naik mobilnya vokalisku.

Manggung kedua, di UNESA. Aku nggak ngerti ada acara apa, pokoknya aku ngikut aja sama drumerku yang sering hubungan sama komunitas. Eh, ternyata itu cuma acara sekelas parade band. Padahal aku udah susah-susah pinjam efek, bawa gitar ndiri, yang nonton sepi. Masalah transportasi lagi nih yang bikin aku gregetan. Padahal rencananya naik mobil mas Emon, ternyata malah dipaksa naik bus-nya UB yang panas dan pengap. Yang bikin lebih nggak enak, urunannya 35ribuan tiap anak. Nggak bikin jengkel gimana. Udah yang nonton sepi, tingkatnya cuma parade lagi, siap 3 lagu cuma boleh main 2 lagu (karena waktunya terbatas katanya). Sungguh memuakkan. Dari pengalaman itu aku udah mulai kapok manggung di Surabaya.

Terakhir nih, masuk ke inti persoalan. Aku pingin nyeritain gimana proses JOD 2 (Japan Over Drive 2) buat aku. Denger-denger sebelumnya, JOD 1 itu event besar. Bassis sama drumerku juga bilang gitu. Waktu itu aku belum nggabung sama Akatsuki. Ya aku percaya aja. Malah aku bersikeras untuk ikutan JOD2. Tapi sekarang gimana?

Gini runtutan kejadiannya. Aku bangun jam 5 pagi, buat bantu-bantuin istighosah di rumahku sekalian siap-siap berangkat ke rumah mas Emon. Jadwal kumpulnya setengah 7. Persiapan oke, barang-barang oke, malah aku sampai kayak orang mau pindahan (saking banyaknya peralatan). Persiapan band (latihan) udah mantep banget. Banyak-banyak latihan sampai perfect. Lancar, tinggal salah-salah dikit dari vokalis sementaraku yang "agak" itu. Kenapa aku bilang "agak"? Rahasia.

Perjalanan berangkat oke. Aku cuma denger sedikit ocehan ntar-bayar-urunan-bensin-yach yang bikin kuping aku gatel. Tapi nggak terlalu kuperhatiin soalnya aku denger cuma sekitar 10rb (normal lah...). Di tangah jalan mampir ke AlfaMart buat beli roti buat sarapan. Total sama minum dan lain-lainnya jadi habis 15rb ...(1). Pengeluaran pertama nih... Sampai di parkiran Golden City Mall aku masih membayangkan panggung yang cukup besar dengan penonton yang banyak. Tapi apa yang terjadi? Panggung yang (bagiku) begitu kecil dengan alat dan sound yang seadanya terpampang di bagian depan tengah parkiran timur GCM. Benar-benar mengecewakan. Parahnya lagi, soundman-nya nggak standby di mixer soalnya nggak ada tenda di atas mixer yang menghalangi sinar matahari yang begitu teriknya (panjang amat). Lihat band-band sebelumku, waduh, pengaturan suaranya payah banget. Ada yang kebesaran, ada yang kekecilan, malah ada yang nggak kedengeran. Gitu soundman-nya nggak ambil tindakan. Drum-nya juga "jalan" lagi kalau di mainin. Bagian alat juga nggak mbetulin posisi bass drum-nya. Parah...

Jadwal manggung yang harusnya jam setengah 3 molor sampai jam 4. Sebelum manggung, karena kelaparan aku sama teman-teman bandku nyari makan di depan mall. Pinginnya sih yang murah, tapi yang ada cuma yang di pinggir jalan yang kelihatannya nggak bersih. Akhirnya mutusin makan di rumah makan kecil yang kelihatannya murah. Eh, ternyata harganya mahal banget. Masa nasi rawon "kayak gitu" harganya 9rb. Apalagi es teh yang harganya 2 rb. Jadinya pengeluaran kedua nih 11rb ...(2). Habis itu aku nunggu jadwal manggung sambil nonton band lainnya.

Waktu manggung, drumerku temponya agak kacau. Jadinya agak salah deh di bagian awal. Aku jadi hilang feeling. Udah gitu vokalisku suaranya ada yang mbliut lagi. Tapi begitu lagu kedua, aku yang nyanyi. Katanya penonton suaraku bagus (hahaha, akui sajalah pras... banyak yang bilang kok). Lagu ketiga malah banyak salahnya. Aduh...

Pinginnya sih langsung pulang, tapi sang sopir mengharuskan untuk menonton sampai band Malang yang terakhir. Rencana (dalam jadwal acara) kita sih bisa pulang kan setengah 6-an. Yah, tapi berhubung molornya Indonesia, jadinya pulang jam 8 lebih deh. Pulang rencananya mau makan nasi bebek "berbumbu" yang nggak ada di Malang. Katanya di Sidoarjo ada yang enak. Akhirnya meluncur langsung ke Sidoarjo. Sampai di TKP, apa yang terjadi? Seperti dugaan, warungnya tutup. Alhasil terpaksa nyari di deket GOR. Terpesona oleh lesehan, akhirnya mampir di sebuah kaki lima lesehan di dekat GOR. Yah, ternyata bebeknya yang nggak pake "bumbu". Kecewa berat rasanya. Udah gitu nggak ada yang dada lagi. Malah dapetnya kepala+leher sama lemak. Ahh!!!! Mengecewaka! Untungnya mas Emon mau tukar sama aku, dapetnya aku jadi paha atas + brutu, hahaha. Di situ habis uang 10rb buat makan ...(3). Yup, jelas! Pengeluaran ketiga.

Waktu makan-makan mas Emon confess sesuatu yang bikin aku tambah nggak tahan untuk tetap di band ini. Semua ngerasa cocok sama Pu***, vokalis sementaraku. Padahal aku benar-benar nggak cocok dengan dia. I don't like her way of singing. I don't like her voice character. I don't like her "creepy" attitude (and her idiotic thinking). She was so big mouth when she said that she wanted to be too attractive in stage. But what did she do? Oh, baaaddd. So baaadd... It doesn't mean about my last vocalist. The most important thing is not to get Ayya back, but to kick Pu*** out. The most, I have a feeling that in the future there will be a giant wall preventing us to be more success if we still use Pu***. And I have decided when I write this post, I will quit from being Akatsuki's guitarist if the others still want Pu*** to join us.

----

Sepulangnya dari makan bebek aku denger sesuatu yang bakal membuat dompet kosong. Yup, ternyata urunannya 25ribuan tiap anak. Aaahh..... pengeluaran keempat nih...(4). Dari Sidoarjo pulang ke Malang jam setengah 10. Untung aku bisa tidur di mobil waktu perjalanan pulang. Sampai di Araya entah jam berapa. Pokoknya sampai di rumah jam 12 pas.

Surabaya, surabaya. Udah manggung nggak dibayar lagi, bikin dompet kosong. Nih, daftar pengeluaranku :
(1) 15rb
(2) 11rb
(3) 10rb
(4) 25rb
Totalnya jadi 61 ribu. Banyak amat!!!! Belum biaya lain-lain yang nggak sempat aku ingat. Benar-benar menyebalkan.

Kesimpulannya, JOD2 membuat aku kapok manggung di Surabaya. Kedepannya, kalo manggung ke suatu acara di luar kota, harus jelas keluar uang berapa, dan kalau bisa dibayar berapa. Supaya nggak kayak gini lagi.

Buat pembaca, kalau aku ternyata keluar dari Akatsuki, buat musisi 19-21tahun yang di Malang bisa hubungin aku buat ngeband bareng. Buat yang nggak bisa main musik, doakan aku dapat personil yang cocok. Amiiinnn...

0 komentar: